Khithobah
Secara etimologis, khuthbah artinya
: pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam
(istilah syara’), khutbah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di
depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun
tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh
(pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Berdasarkan pengertian di atas, maka
khutbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat
Jum’at (khutbah diniyah) juga memerlukan persiapan yang lebih matang,
penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat perhatian.
Selain khutbah Jum’at (khutbah
ta’siriyah), ada pula khutbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu:
khutbah ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, khutbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf).
Sedangkan khutbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam makalah ini yang
akan dikaji adalah khusus tentang khutbah Jum’at.
Kitabah
Menulis merupakan suatu proses
kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada
konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis.
Penulis memiliki banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, serta obsesi
yang akan dituliskannya. Walaupun secara teknis ada kriteria-kriteria yang
dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada
kepiawaian, imajinasi, dan kreativitas penulis dalam mengungkapkan gagasan.
Langkah-langkah Menulis
Proses penulisan memang berbeda antara orang yang satu
dengan yang lain. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan
yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu sebagai
berikut: (1) merencanakan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4) merevisi.
I’lam
Merupakan kajian radio, televisi dan film dakwah.
Membicarakan media dakwah tidak lepas dari metode yang dilakukan dalam
melakukan dakwah. Pengembangan metode dakwah tabligh sangat berkaitan media
yang harus menyertainya. Seorang da’i harus mampu memilih media dakwah yang
relevan dengan kondisi mad’u yang telah dipelajari secara komprehensif dan
berkesinambungan. Kegiatan dakwah yang dilakukan dengan mempertimbangkan
kondisi mad’u akan lebih memberikan dampak, karena kemudian dakwah dilakukan
dengan media dan metode yang sesuai. Seorang da’i hendaklah memilih metode dan
media yang dari masa ke masa terus berkembang, seperti radio, internet (web,
blog, twitter, facebook, dll), televisi, komputer