Ponorogo : Pildes Menang Tanpa Team Sukses

         Demokrasi bermakna lain karena di lihat dari berbagai sudut pandang, terjadi demikian karena latar belaknag pendidikan berbeda. Begitu pula pada sebuah daerah di lingkungan kota dengan desa juga berbeda cara pandangnya. Sejak reformasi 12 Mei 1998, demokrasi pada umumnya di maknai sebuah kebebasan pendapat atau perilaku politik tanpa batas. Seakan etika dan moral, bahkan pengajaran politik dalam agama tidak lagi menjadi kiblat untuk mencapai tujuan politik.
        Momen Pemilu di ponorogo di mulai dengan pilkades dan akhir penghujung nanti pilkada Ponorogo pada pertengahan tahun 2015. Sudah tidak menjadi rahasia lagi jika ponorogo sebagai kaca mata politik nusantara. Kelangsungan Pilkades sudah berlangsung lebih satu bulan untuk seluruh kepala desa di Ponorogo. Setiap Momen Pilkades meunculkan permasalahan baru dan juga terdapat berbagai macam perkembangan politik dalam teori komunikasi masa. Berbagai cara untuk memenangkan pildes dilakukan oleh team sukses, pada sisi lain ada juga calon terjun langsung dengan teamnya. Keberagaman momen pildes menambah wacana politik yang pada dasarnya teori komunikasi masa selalu dipergunakan dari referensi barat atau refensi islam. Kaca mata Barat menitik beratkan pada etika dan moral, sedangkan pandangan islam semua adalah amanah sudah menjadi kewajiban dan dipertanggungjawabkan pada kehidupan akhirat.
         Konspirasi selalu ada berupa tekanan secara langsung atau melalui media. Terlaksananya pilkades di puluhan desa daerah ponorogo terjadi berbagai macam konflik yang berkepanjangan artinya tingkat kedewasaan berpolitik pada pinggiran atau desa belum tumbuh subur. Hal demikian bisa di nilai dari kaca mata pendidikan berarti tingkat pendidikn desa masih sempit. Hal ganjil melihat kebebasan mengakses informasi tanpa batas tapi tingkat wacana atau pengetahuan masih berpola minset ortodok. Dilihat dari banyaknya pesantren di ponorogo juga bisa dicerminkan pada bidang pemahaman agama pasti lebih dalam, namun demikian pada kenyataan banyak konflik yang muncul dari keluarga.
          Mustahil Pilkades menang tanpa team sukses. Kata mustahil tidak lagi terpakai lagi karena sudah terbukti ada beberapa kepala desa menang tanpa team sukses. Seperti halnya Kepala Desa Pandak yang baru terpilih satu minggu lewat. Sebelumnya Yaimun Kepala desa Pandak yang sedang menjabat sudah terukur kepedulian sosialnya dalam bentuk pengabdian sebagai kepala desa. Pada pildes seminggu lalu menjadi sejarah baru untuk dia yang telah terpilih dua kali pada pemilihan kades.
          Kata pria lulusan STM yang terpilih lagi kedua kali jadi kades Pandak Balong, itu sebuah karunia. Jika menjelang pilkades mendapat tekanan dari lawan wajar namanya politik. Semua terukur melalui joblosan, ketika dapat tekan kalau takdir tidak bisa di tolak karena hak nya Allah SWT untuk menentukan pilihan manusia hanya bisa berdo'a dan berusaha sebagai ihtiar.
         Dalam pantauan kami memang Kepala desa yang bisa diacungi jempol karena terbukti di berbagai pemberdayaan dan kegiatan sosial pro aktif bahkan tidak segan segan terjun langsung di lokasi jika sewaktu waktu diminta.hrytteammuda

Share this article :

+ comments + 1 comments

13 March 2016 at 07:24

Izin share kang

Post a Comment

Space Iklan

Space Iklan
 
Layout : Bambang Indrayana
Copyright © 2011. MUDA NEWS Online - All Rights Reserved
Redaksi MUDA Online Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Proudly powered by Team KPI