FUNGSI ENTREPRENEUR DI PENDIDIKAN SLTA SETELAH TAMAT


Pendidikan Formal merupakan kewajiban setiap orang untuk mendapatkannya,  karena pendidikan formal akan menghasilkan Nilai dimana tuntutan jaman terus semakin ketat.  Nilai  hasil pendidikan sebagai acuhan dalam pencapaian atau mencari pekerjaan.
Akan tetapi pendidikan formal di Indonesia belum bisa membuat kader yang siap pakai dalam teori maupun prkatek. Baru 10 s/d 20 % saja lulusan yang bisa bekerja atau menciptakan suatu lapangan pekerjaan, dari 10 s/d 20 % tadi mereka jadi mandiri merupakan hasil dari kerja keras mereka di luar pendidikan Formal. Banyak sekali macam dan ragam pendidikan Non formal dari mulai pelajaran yang ada di sekolah dan ikut di suatu organisasi intra sekolah atau ekstra sekolah.  Pendidikan  di dalam sekolah dan luar sekolah saling mendukung. Ibarat kita bernapas ketika  tidak bisa menghirup napas berarti kita sudah tidak ada kontak dengan dunia luar padahal dunia luar merupakan bagian dari kita.
Mencermati sebuah pemikiran agar Si Anak didik bisa mandiri harus dibekali dengan motivasi ketika mereka mulai masuk sekolah sampai akhir belajar sekolah. Pada saat mereka tinggal di sekolah sampai tamat belajar tingkat SLTA  seharusnya sudah terbentuk Karakter. Sehingga ketika masuk Kuliah tinggal melanjutkan pada keintelektualannya.
Menjadi kendala ketika si Anak didik mau meninggalkan sekolah karena mereka telah 3 tahun berada di bangku sekolah SLTA, apa yang didapat dan dikuasai dalam tiga tahun. Untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi perlu adanya kemauan keras dan komitmen. Mereka harus bisa menentukan dan memutuskan ketika lepas dari sekolah memasuki dunia baru. Kerja atau kuliah merupakan sebuah pilihan. Kedua pilihan tersebut merupakan sama sama sebagai referensi mencari jati diri hanya berbeda tempat dan kondisi.
Pendidikan entrepreneur merupakan salah satu solusi sebagai bekal dalam menempuh dan menentukan sebuah pilihan, disana banyak sekali membangun motivasi dari sisi kerja, pengusaha dan dunia pendidikan. Pembangkitan motivasi melalui materi entrepreneur sudah menjadi kebiasaan di dunia sekolah, terutama pada sekolah faforit. Di sekolah faforit sudah ditekankan pada kedisiplinan yang akan membawa Si Anak didik menjadi tumbuh sikap dan karakter Anak yang ber tanggung jawab.
Membangun kesadaran melalui motivasi pada anak didik tidak lah mudah, tahapan dan proses dikarenakan si Anak belum labil karena masih sangat muda. Jika kita seorang pendidik harus bisa mendidik anak sampai dia menemukan karakter sendiri atau menemukan jati diri. Sehingga si Anak terbuka potensi dan mampu menggunakan potensi maksimal, dengan hasil anak  mandiri dan dewasa dalam setiap melakukan tindakan.
Proses alam dan proses termotivasi atas dasar menumbuhkan kiat kiat mandiri hampir sama, bedanya si Anak yang melalui proses alam akan lebih peka dan tahan terhadap ujian atau cobaan. Proses motivasi  untuk Perubahan merupakan proses yang sangat panjang karena belum terbiasa dengan tanggung jawab dan kemandiriian.

Share this article :

Post a Comment

Space Iklan

Space Iklan
 
Layout : Bambang Indrayana
Copyright © 2011. MUDA NEWS Online - All Rights Reserved
Redaksi MUDA Online Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Proudly powered by Team KPI